3 Macam Model Pembelajaran Kurikulum 2013 - Kurikulum 2013 atau yang yang lebih akrab disebut k13 menuntut para siswa untuk berkontribusi secara lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dilengkapi dengan scientific approach atau pendekatan saintifik, para siswa diminta untuk mengolah kemampuan berpikirnya secara lebih kreatif. Tidak lain, sistem ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dari peserta didik, baik dari segi akademis maupun non-akademis, utamanya aspek budi pekerti mereka.
Namun, nyatanya, banyak yang berargumen bahwa para peserta didik yang dilibatkan dalam masa percobaan k13 yang lalu, belum siap menghadapi tuntutan yang diberikan. Akibatnya, tidak sedikit dari para siswa yang merasa kebingungan dengan sistem yang harus mereka ikuti. Meskipun dengan sedikit terseok-seok, mereka harus tetap memenuhi kewajiban mereka sebagai pelajar.
Lalu sebenarnya, apa saja yang harus mereka hadapi secara konkret dalm kegiatan pembelajaran k13? Sejumlah model pembelajaran coba diaplikasikan, yang mana pada intinya, model-model tersebut dirasa sesuai dengan tujuan k13 yang meninginkan peserta didik untuk mengambil porsi besar dari keseluruhan proses pembelajaran. Berikut beberapa model pembelajaran tersebut.
1. Numbered Head Together
Dari namanya saja, mungkin Anda sudah bisa mengira bahwa model pembelajaran yang satu ini melibatkan sistem penomoran. Benar saja, nomor akan diberikan ke masing-masing peserta didik yang sebelumnya sudah dibentuk ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang. Nomor tersebut nantinya diberikan kepada per kelompok.
Nah, tidak hanya sampai disitu, nomor ini berfungsi sebagai semacam identitas anak dalam kelompok, yang nantinya harus berdiskusi dan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Bahan diskusi tentu saja tergantung pada pokok bahasan kegiatan pembelajaran tersebut dan juga bahan rancangan dari guru yang bertindak sebagai pembimbing.
Ketika para siswa sudah menyelesaikan diskusi mereka, guru akan meminta satu nomor yang sama dari masing-masing kelompok. Anak-anak inilah yang bertindak sebagai representasi dari kelompoknya untuk mengemukakan hasil diskusi mereka. Pada akhirnya, forum diskusi yang awalnya hanya berlangsung dalam kelompok kecil akan dilanjutkan ke dalam forum kelas.
Dari implementasinya, bisa kita lihat bahwa metode ini memungkinkan para peserta didik untuk mengeksplor kemampuannya dalam menalar sekaligus menyampaikan opininya. Tidak hanya itu, dia juga berperan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan melaporkan hasil penemuannya yang dilakukan secara berkelompok.
2. Jigsaw
Metode yang satu ini juga menuntut para siswa untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil yang dibentuk dengan bantuan guru sebagai fasilitator. Keistimewaan metode ini terletak pada perbedaan materi atau bahan diskusi yang diberikan pada masing-masing kelompok.
Dalam langkah awal, per kelompok harus bekerja sama menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh guru. Kemudia, guru meminta salah satu anggota dari masing-masing kelompok untuk membagi hasil penemuan kelompok mereka kepada kelompok baru. Kelompok-kelompok pada gelombang pertama diacak kembali dengan pola tertentu sehingga kelompok baru akan muncul yang mana masing-masing anggotanya merupakan representasi dari bentukan kelompok sebelumnya.
Para siswa akan saling bertukar opini dan hasil diskusi yang didapat oleh kelompok mereka sebelumnya ke anggota kelompok yang baru. Sehingga, pada akhirnya, semua peserta didik akan mendapatkan informasi mengenai topik bahasan yang berbeda dalam satu kali sesi kegiatan pembelajaran melalui diskusi dengan metode Jigsaw ini.
3. Problem-based Introduction
K13 juga menginginkan para peserta didik untuk memahami betapa pentingnya pendekatan ilmiah dalam kegiatan pembelajaran yang harus mereka hadapi. Karena itulah, metode yang satu ini cukup sesuai mengingat hal-hal yang berbasis ilmiah dimulai dari adanya permasalahan dan pertanyaan. Setelah itu, para siswa dituntut untuk menemukan jawaban atas permasalahan atau pertanyaan yang mereka miliki.
Metode ini menitikberatkan pada fungsi guru sebagai fasilitator dan pendukung dari kegiatan pembelajaran, yang mana hampir seluruh proses pembelajaran harus dilaksanakan secara aktif oleh para siswa. Proses tersebut dilakukan dengan menggunakan pakem-pakem dalam penelitian ilmiah, seperti observasi, eksperimen, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah dan penarikan kesimpulan.
Kemudian, hasil yang mereka dapatkan harus dilaporkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Pada akhirnya, seluruh siswa dapat menjangkau, memahami dan mengevaluasi hasil penelitian dari masing-masing anak atau kelompok.
SUMBER IDE KREATIF
SUMBER IDE KREATIF
Post A Comment:
0 comments: