IDE KREATIF : Apakah pejabat tinggi di Indonesia bisa mempraktikkan kejujuran secara maksimal dan tidak korupsi ???
Mengingat sangat banyak sekali godaan dan kesempatan yang datang. Kalau “terlalu” jujur, jangan-jangan justru sang pejabat akan dikucilkan, dan kariernya akan dijegal lagi ???
Jawabnya ; INSYA ALLAH BISA !!!
Agar keyakinan kita dan para pejabat se Indonesia bertambah mantap, serta terinspirasi untuk bisa berbuat jujur semaksimal mungkin, mari kita belajar dari sejarah, bahwa Indonesia pernah memiliki “3 Pejabat Luar Biasa” yang berani menerapkan idealismenya, yaitu berbuat jujur secara maksimal, demi bangsa dan negara yang mereka cintai. Inilah mereka ;
1. Bung Karno
Inilah sosok Presiden yang “kelewat” jujur. Bagaimana tidak dibilang “kelewat” jujur ? Bung Karno selama 22 tahun berkuasa, tidak pernah memikirkan kepentingan materi untuk diri dan keluarganya sendiri. Semua pikiran, waktu, dan tenaganya, benar-benar dicurahkan untuk kepentingan dan kemajuan bangsa dan negaranya semata. Bahkan hingga di hari terakhir meninggalkan Istana Presiden di Bulan Agustus 1967, Sang Proklamator ini tidak memiliki rumah sendiri, sehinggga teman-teman Bung Karno berinisiatif menyediakan enam (6) unit rumah sebagai tempat tinggal Bung Karno bersama putera-puterinya. Namun mendengar hal itu, Bung Karno seketika marah dan menolak ! Ia menginginkan semua anak-anaknya pindah ke rumah Ibu Fatmawati, sang istri.
Inilah sosok Presiden yang “kelewat” jujur. Bagaimana tidak dibilang “kelewat” jujur ? Bung Karno selama 22 tahun berkuasa, tidak pernah memikirkan kepentingan materi untuk diri dan keluarganya sendiri. Semua pikiran, waktu, dan tenaganya, benar-benar dicurahkan untuk kepentingan dan kemajuan bangsa dan negaranya semata. Bahkan hingga di hari terakhir meninggalkan Istana Presiden di Bulan Agustus 1967, Sang Proklamator ini tidak memiliki rumah sendiri, sehinggga teman-teman Bung Karno berinisiatif menyediakan enam (6) unit rumah sebagai tempat tinggal Bung Karno bersama putera-puterinya. Namun mendengar hal itu, Bung Karno seketika marah dan menolak ! Ia menginginkan semua anak-anaknya pindah ke rumah Ibu Fatmawati, sang istri.
2. Jenderal (Pol) Hoegeng
Tahun 1955, saat menjabat Direktur Reserse Kriminal Polda Sumatera Utara, pria kelahiran Pekalongan 1921 ini, diberikan perabot rumah tangga mewah oleh seorang bandar judi di Medan. Namun ia marah dan menyuruh anggotanya untuk mengeluarkan perabot itu ! Dan saat telah menjadi Kapolripun, ia tak mempan disuap oleh siapapun dan berapapun nilainya !
Tahun 1955, saat menjabat Direktur Reserse Kriminal Polda Sumatera Utara, pria kelahiran Pekalongan 1921 ini, diberikan perabot rumah tangga mewah oleh seorang bandar judi di Medan. Namun ia marah dan menyuruh anggotanya untuk mengeluarkan perabot itu ! Dan saat telah menjadi Kapolripun, ia tak mempan disuap oleh siapapun dan berapapun nilainya !
Sampai akhir masa tugasnya, Hoegeng tidak memiliki rumah dan mobil, kecuali rumah hibah dari institusinya, dan mobil kenang-kenangan dari teman-temannya. Iapun sangat bersyukur karena berhasil menerapkan nilai-nilai kejujuran dan kesederhanaan kepada dirinya, institusinya, anak buahnya, dan juga kepada anggota keluarganya.
3. Kolonel TNI Alex Kawilarang
Inilah orang yang berani menempeleng “Presiden” Soeharto, yang kala itu masih berpangkat Letnan Kolonel J Kolonel TNI Alex Kawilarang, kelahiran Jakarta 1920, merupakan angkatan ’45 dan mantan anggota KNIL, terkenal tegas dan jujur. Tahun 1946, saat operasi melawan perampok, Kawilarang menemukan guci berisi emas berlian senilai 6 Milyar Rupiah, bandingkanlah dengan gajinya yang saat itu hanya Rp. 50,- !!! Namun ia menyerahkan sepenuhnya ke Menteri Dalam Negeri, untuk membantu perekonomian Indonesia yang kala itu sangat sulit, pasca kemerdekaan. Mantan Pangdam Bukit Barisan, Pangdam Wirabuana, dan Pangdam Siliwangi ini, pada tahun 1951 ikut merintis cikal bakal berdirinya Kopassus.
Inilah orang yang berani menempeleng “Presiden” Soeharto, yang kala itu masih berpangkat Letnan Kolonel J Kolonel TNI Alex Kawilarang, kelahiran Jakarta 1920, merupakan angkatan ’45 dan mantan anggota KNIL, terkenal tegas dan jujur. Tahun 1946, saat operasi melawan perampok, Kawilarang menemukan guci berisi emas berlian senilai 6 Milyar Rupiah, bandingkanlah dengan gajinya yang saat itu hanya Rp. 50,- !!! Namun ia menyerahkan sepenuhnya ke Menteri Dalam Negeri, untuk membantu perekonomian Indonesia yang kala itu sangat sulit, pasca kemerdekaan. Mantan Pangdam Bukit Barisan, Pangdam Wirabuana, dan Pangdam Siliwangi ini, pada tahun 1951 ikut merintis cikal bakal berdirinya Kopassus.
Pembaca yang budiman, mungkin saja ada masyarakat yang berpendapat, bahwa mereka adalah sekumpulan pejabat tinggi yang “bodoh”, karena selama berkuasa tidak bisa memanfaatkan “momentum” untuk meningkatkan “kesejahteraan” dirinya dan keluarganya, seperti lazimnya kebanyakan pejabat tinggi di Indonesia yang sangat “wajar” untuk “memanfaatkan” jabatannya. Dan kemungkinan, banyak juga pembaca yang merasa iba, mengapa pejabat tinggi seperti mereka, justru hidup dalam “kekurangan” ???
Mungkin bagi kita, mereka hidup dalam “kekurangan”, tapi bagi mereka sendiri, justru mereka sangat “kaya” dan sangat beruntung serta bahagia, karena selama menjabat, mereka bisa “selamat” dari tiga (3) hal yang amat penting. Inilah tiga (3) hal berikut ;
1. Selamat dari Hawa Nafsu yang Buruk
Berapa banyak pejabat yang berani menjadi dirinya sendiri ? Mereka sebenarnya ingin berbuat jujur, sebenarnya tidak mau korupsi, namun karena merasa “tidak enak” dengan teman-teman atau atasannya, maka mau tidak mau, mereka ikut-ikutan tidak jujur juga, dan terseret ke dalam pusaran korupsi, mulai dari nilai yang terkecil, hingga akhirnya “bablas”, membengkak nilai korupsinya.
Namun, ketiga pejabat diatas, bisa “selamat” dari hawa nafsu yang buruk. Mereka selamat dari godaan yang selalu datang. Mereka selamat dari lingkaran setan yang bertentangan dengan batinnya Mereka adalah pribadi dengan jiwa yang merdeka, yang berhasil bertindak, sesuai dengan hati nuraninya. Maka jika kita tidak berani berbuat jujur sesuai dengan nurani kita, maka kita bukan tergolong orang yang merdeka, dan masih terjajah oleh hawa nafsu buruk kita !
2. Selamat dalam Menjadi Suri Tauladan
Kita semua adalah suri tauladan bagi anak-anak kita, bagi istri/suami kita, dan bagi bawahan kita di kantor. Pada hakikatnya, semua kepala keluarga adalah suri tauladan bagi keluarganya, namun bagaimana realisasinya ???
Kita semua adalah suri tauladan bagi anak-anak kita, bagi istri/suami kita, dan bagi bawahan kita di kantor. Pada hakikatnya, semua kepala keluarga adalah suri tauladan bagi keluarganya, namun bagaimana realisasinya ???
Sayangnya, belum tentu seluruh kepala keluarga di Indonesia, berhasil menjadi suritauladan yang baik, karena bisa jadi, masih banyak diantara mereka, yang belum berani berbuat jujur secara maksimal.
Sehingga apa yang terjadi ???
Mereka masih “mencampur” nafkah halal keluarganya, dengan uang hasil “ketidakjujuran” mereka, yang jelas tidak halal !
Betapa teganya mereka “meracuni” anak-anaknya sendiri, dengan ketidakjujuran mereka L
Mereka tidak selamat dalam satu hal, yaitu dalam menjadi suri tauladan bagi keluarga dan bawahannya.
Tapi ketiga pejabat tinggi tersebut, berhasil selamat dalam menjadi suri tauladan bagi keluarga dan bawahannya, sehingga mereka merasa menjadi ayah yang “paling bahagia di dunia” sekaligus pemimpin yang “paling sukses di dunia” karena sebelum menutup mata, mereka berhasil mendarmabaktikan hidup mereka, untuk sebuah suri tauladan yang mulia
Bersyukurlah dan berbanggalah, bagi Anda yang saat ini, sebelum ajal menjemput, telah berhasil selamat dalam menjadi suri tauladan yang mulia, bagi keluarga dan bawahan Anda
3. Selamat dari Tindakan Pengkhianatan pada Agama, Bangsa dan Negara
Coba tolong jelaskan, agama apa yang mendukung sebuah ketidakjujuran ? Agama apa yang mendukung suatu tindakan korupsi ? Lalu negara mana yang menginginkan pejabatnya korupsi ?
Jelas tidak ada suatu agama dan negara manapun, yang menginginkan ketidakjujuran oleh rakyatnya, maka jika ada seorang pejabat yang berbuat tidak jujur dan melakukan korupsi, maka sang pejabat itu sama dengan “berkhianat” terhadap agama, bangsa, dan negaranya sendiri !!!
Di Tiongkok, para koruptor memang diperlakukan seperti layaknya seorang pengkhianat negara, mereka diikat dan diseret untuk dihukum mati dengan cara ditembak dari jarak dekat ! Sambil dipertontonkan ditengah publik, agar menimbulkan efek jera/pembelajaran bagi seluruh masyarakat !
Sebelum berbicara mengenai potensi ancaman bangsa asing, mari kita membahas potensi ancaman ketidakjujuran dari bangsa kita sendiri, karena saat ini masih banyak terdapat celah-celah yang berpotensi untuk menjadi ancaman “pengkhianatan” negara, yang cepat atau lambat, akan berpotensi melumpuhkan agama, bangsa dan negara kita sendiri.
Ketiga pejabat tersebut, berhasil selamat dari tindak “pengkhianatan” pada agama, bangsa, dan negaranya, karena mereka telah membuktikan bahwa Merah-Putih, benar-benar ada dan selalu berkibar di dalam dada mereka, dan mereka adalah pejuang sejati, bukan pengkhianat sejati !
Saudara-saudaraku, artikel ini saya tulis dengan jiwa dan raga yang bergetar ! Karena saya bermimpi, kejayaan Indonesia akan segera tiba. Karena saya berharap, kemakmuran 255 juta penduduk kita, Insya Allah bisa segera terwujud ! Amin. Dan saya yakin, Anda yang membaca artikel ini, memiliki impian dan harapan yang sama.
Memang........manusia tempatnya salah dan dosa, oleh sebab itu, sebelum kita menutup mata, sebelum kita meninggalkan Bumi Pertiwi tercinta, sebelum tubuh ini menjadi tanah, dan menghadap pada Yang Maha Kuasa, marilah kita perbaiki kekurangan yang ada di dalam diri kita, dan di dalam institusi kita, agar hidup kita yang relatif singkat ini, benar-benar menjadi hidup yang bisa bermanfaat, sehingga bisa menghadirkan keamanan, keselamatan, kelancaran, dan kebarokahan, bagi kejayaan Ibu Pertiwi dan kemakmuran seluruh saudara kita, dari Sabang sampai Merauke
Artikel ini saya tujukan terutama untuk diri saya sendiri, dan untuk 255 juta saudara-saudara saya, se Bangsa dan se Tanah Air.
Post A Comment:
0 comments: