IDE KREATIF : Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, mampu menyulap limbah kulit kelinci menjadi kerajinan bernilai jual tinggi, bahkan mampu meningkatkan pendapatan warga Kecamatan Bumiaji, Kota Batu hingga Rp 4,2 juta per bulan.
Menurut salah seorang mahasiswa yang mampu mengubah kulit kelinci menjadi kerajinan tersebut, Aprilia Fatmawati, Kamis, kulit kelinci yang menjadi limbah itu diolah dan diproses dengan teknologi penyamakan yang dilengkapi sistem otomatisasi.
"Dalam prosesnya, kelinci hanya diambil dagingnya dan kulitnya selama ini hanya menjadi limbah yang dibuang. Untuk memanfaatkan kulit kelinci tersebut, kami mencoba mengolahnya menjadi kerajinan kulit yang harganya cukup mahal," ujarnya.
Mahasiswa yang mengolah limbah kulit kelinci tersebut adalah Aprilia Fatmawati, Meliyana Rusanti dan Haditya Hendra Saputra dari Fakultas Peternakan. Mereka dibantu dosen pembimbing Dr Aris Sri Sidati dan menggandeng warga Kota Batu melalui program "SRINKAB Empowerment Business System." SKINRAB Empowerment Business system merupakan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan gabungan antara "sociopreneurship" dan "technopreneurship" dengan warga Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Kecamatan Bumiaji dipilih karena merupakan sentra peternakan kelinci di Kota Batu yang hasilnya dipasok ke sejumlah restoran sate kelinci di wilayah itu.
Untuk memudahkan warga mengolah kulit bulu kelinci, mereka juga dibantu oleh Achmad Syafiqul Umam (FT 2011) dan Agus Wahyu Prasetyo (FT 2011) dalam membuat mesin teknologi penyamakan kulit bulu kelinci yang dilengkapi dengan sistem otomatisasi.
"Mesin teknologi penyamakan kulit bulu kelinci yang dilengkapi dengan sistem otomatisasi lebih mudah pengaturan penyamakannya," tutur Aprilia.
Dengan menggunakan mesin tersebut, lanjutnya, selain lebih meringankan pekerjaan warga, kulit bulu kelinci yang telah melalui proses menjadi lebih kuat, tidak berbau, dan antijamur.
Dengan mesin otomatisasi, kulit bulu kelinci akan melalui berbagai proses mulai dari pencucian, perendaman, penguatan bulu, pengasaman, penyamakan, netralisasi, dan perminyakan, sehingga kualitas kulit bulu kelinci yang dihasilkan jadi lebih bagus.
Karena kualitasnya yang bagus, warga Desa Bumiaji mampu menjual kulit bulu kelinci seharga Rp 35 ribu per lembar per 30 cm kepada para perajin seperti di Yogyakarta. Dan, penghasilan tambahan yang mereka dapatkan dari penjualan produk kulit samak bulu kelinci mencapai Rp 4,2 juta per bulan.
"Pendapatan penduduk mengalami peningkatan dari Rp 14.077.500 menjadi Rp 18.292.500 per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 4,2 juta lebih per bulannya. Kami berharap masyarakat mampu secara kontinyu memproduksi kerajinan kulit fur ini, sehingga mampu menunjang pengembangan agribisnis ternak kelinci Kecamatan Bumiaji," ujarnya. [hhw]
Menurut salah seorang mahasiswa yang mampu mengubah kulit kelinci menjadi kerajinan tersebut, Aprilia Fatmawati, Kamis, kulit kelinci yang menjadi limbah itu diolah dan diproses dengan teknologi penyamakan yang dilengkapi sistem otomatisasi.
"Dalam prosesnya, kelinci hanya diambil dagingnya dan kulitnya selama ini hanya menjadi limbah yang dibuang. Untuk memanfaatkan kulit kelinci tersebut, kami mencoba mengolahnya menjadi kerajinan kulit yang harganya cukup mahal," ujarnya.
Mahasiswa yang mengolah limbah kulit kelinci tersebut adalah Aprilia Fatmawati, Meliyana Rusanti dan Haditya Hendra Saputra dari Fakultas Peternakan. Mereka dibantu dosen pembimbing Dr Aris Sri Sidati dan menggandeng warga Kota Batu melalui program "SRINKAB Empowerment Business System." SKINRAB Empowerment Business system merupakan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan gabungan antara "sociopreneurship" dan "technopreneurship" dengan warga Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Kecamatan Bumiaji dipilih karena merupakan sentra peternakan kelinci di Kota Batu yang hasilnya dipasok ke sejumlah restoran sate kelinci di wilayah itu.
Untuk memudahkan warga mengolah kulit bulu kelinci, mereka juga dibantu oleh Achmad Syafiqul Umam (FT 2011) dan Agus Wahyu Prasetyo (FT 2011) dalam membuat mesin teknologi penyamakan kulit bulu kelinci yang dilengkapi dengan sistem otomatisasi.
"Mesin teknologi penyamakan kulit bulu kelinci yang dilengkapi dengan sistem otomatisasi lebih mudah pengaturan penyamakannya," tutur Aprilia.
Dengan menggunakan mesin tersebut, lanjutnya, selain lebih meringankan pekerjaan warga, kulit bulu kelinci yang telah melalui proses menjadi lebih kuat, tidak berbau, dan antijamur.
Dengan mesin otomatisasi, kulit bulu kelinci akan melalui berbagai proses mulai dari pencucian, perendaman, penguatan bulu, pengasaman, penyamakan, netralisasi, dan perminyakan, sehingga kualitas kulit bulu kelinci yang dihasilkan jadi lebih bagus.
Karena kualitasnya yang bagus, warga Desa Bumiaji mampu menjual kulit bulu kelinci seharga Rp 35 ribu per lembar per 30 cm kepada para perajin seperti di Yogyakarta. Dan, penghasilan tambahan yang mereka dapatkan dari penjualan produk kulit samak bulu kelinci mencapai Rp 4,2 juta per bulan.
"Pendapatan penduduk mengalami peningkatan dari Rp 14.077.500 menjadi Rp 18.292.500 per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 4,2 juta lebih per bulannya. Kami berharap masyarakat mampu secara kontinyu memproduksi kerajinan kulit fur ini, sehingga mampu menunjang pengembangan agribisnis ternak kelinci Kecamatan Bumiaji," ujarnya. [hhw]
Post A Comment:
0 comments: